MATERI FDMU: MUSYKILATUL
BIDA’
Oleh: MA.
Zuhurul Fuqohak
A.
Definisi Bid’ah
Ada dua
pandangan dalam definisi bid’ah. Pertama: bid’ah ada yang baik
dan buruk.
الموسوعة الفقهية الكويتية (8/ 21)
كل حادث لم يوجد في الكتاب والسنة ، سواء أكان في
العبادات أم العادات ، وسواء أكان مذموما أم غير مذموم
Yang mengatakan pendapat ini adalah: Imam Syafii, Syekh Izzuddin
bin Abdis Salam[1], An-Nawawi,
Abu Syamah, al-Qorrofi dan az-Zarqoni (Malikiyyah), Ibnu Abidin (Hanafiyyah),
Ibnul Jauzi (Hanabilah), Ibnu Hazm (Dzahiriyyah).[2]
الموسوعة الفقهية الكويتية (8/ 23(
طريقة في الدين مخترعة تضاهي الشريعة يقصد بالسلوك
عليها ما يقصد بالطريقة الشرعية
Yang
berpendapat hal ini adalah: Imam Malik, asy-Syatibi, at-Turthusi, Imam asy-Syamini
dan al-‘Aini (Hanafiyyah), al-Baihaqi, ibnu Hajar al-Asqolani dan al-Haitami
(Syafi’iyyah), Ibnu Rajab dan Ibnu Taimiyyah (Hanabilah).[3]
B.
Legitimasi Bid’ah
Dalil
pendapat pertama adalah:
1)
Perkataan Umar, ketika salat tarawih jamaah:
نعمت
البدعة هذه (bid’ah yang baik adalah ini)
2)
Perkataan Ibnu Umar mengenai salat Dhuha:bid’atun.
3)
Hadis yang menunjukkan pembagian bid’ah. Mis: man sanna
sunnatan hasanatan, wa man sanna sunnatan sayyiatan...
Dalil pendapat
kedua:
1)
Hadis yang memutlakkan bid’ah adalah kesesatan. (kullu
bid’atin dholalah).
2)
Beberapa pendapat sahabat. Di antaranya saat Ibnu Umar akan salat
di masjid yang sudah ada adzan, namun muadzdzin kemudian tastwib, lalu
beliau berkata: mari kita tinggalkan ahli bid’ah ini.
C.
Yurispundensi Bid’ah
Bagi pendapat pertama, mengatakan hukum bid’ah ada lima.
Wajib (mis: belajar nahwu), haram (mis: murjiah), makruh (mis: menghias
masjid), sunnah (mis: salat tarawih berjamaah), mubah (mis: berhias
pakaian semaunya).
Sedang pendapat kedua, mengatakan semua bidah ada yang mukaffirah
dan ghairuha, dosa besar dan kecil.
Semua ulama sepakat bahwa bid’ah dalam akidah itu haram.
Bahkan bisa kufur. Jika menyalahi ma’lum minaddin bidh-dharurah. Sedang bid’ah
dalam ibadah itu ada yang haram dan makruh. Yang haram misalnya: puasa wishol.
Yang makruh misalnya: berkumpul di padang Arafah bagi selain hujjaj. Adapun
bid’ah dalam ‘adat ada yang makruh dan mubah. Ada juga ulama yang
berpendapat bahwa semua bid’ah adat adalah mubah jika tidak terkait
dengan ibadah. Mis: model baju, makanan, dll.
D.
Klasifikasi Bid’ah
Bid’ah dibagi dua, memandang jauh dekatnya dalil:
1)
Bid’ah Hakikiyyah. mis: menghalalkan pembunuhan.
الموسوعة الفقهية الكويتية (8/ 32(
وهي التي لم يدل عليها دليل شرعي، لا من كتاب ولا
سنة ولا إجماع ولا استدلال معتبر عند أهل العلم، لا في الجملة ولا في التفصيل
2)
Bid’ah Idhofiyyah. Inilah mahâlul khilâf. Mis:
salat raghaib, salat nisfu sya’ban.
وهي التي لها شائبتان : إحداهما لها من الأدلة متعلق
، فلا تكون من تلك الجهة بدعة ، والثانية ليس لها متعلق إلا مثل ما للبدعة الحقيقية
E.
Kaidah-Kaidah Bid’ah
Ada
beberapa term kaidah fikih mengenai bid’ah yang jumlahnya kurang lebih
28 permasalahan. Pemakalah sebutkan dalam sub pembahasan berikutnya.
F.
Posisi KH. Ahmad Rifa’i tentang Bid’ah
Syaikhina
ikut pertama atau kedua? Penulis cenderung beliau ikut pada pendapat pertama.
Mengapa?
1)
Beliau mengatakan: Syafi’iyyah madzhabe. Sementara Imam
Syafii ikut pendapat pertama.
2)
Definisi beliau tentang bid’ah (kulla ma yukholifu)
senada dengan kullu hadisin pendapat pertama.
Permasalahan:
a.
Mengapa timbul perbedaan pendapat ulama tentang definisi bid’ah?
Mana yang lebih kuat menurut audiens?
b.
Bagaimana mengetahui dhobith perbedaan bid’ah dalam akidah,
adat, dan ibadat?
c.
Di manakah sebenarnya posisi KH. Ahmad Rifai dalam hal ini?
Talun, 26 Desember 2011 M.
]
[1] Al-Qowaid (karya
Izzuddin), Al-Hawi (karya as-Suyuti), Talbisi Iblis (karya Ibnul
Jauzi).
[2] Inilah yang
diikuti Syekh Zainuddin al-Malibari, lihat pembagian bid’ah wajib,
makruh, dll dalam: I’anatut Talibin, juz: 2, bab salat sunnah.
[3] Al-I’tisham
(karya asy-Syatibi), Fathul Bari (Ibnu Hajar).
2 komentar:
Ada dua pendapat sementara:
(1) KH. Ahmad Rifai cenderung berpendapat mazhab pertama (yaitu ada pengecualian dalam bid'ah) hal ini di dukung dengan data-data:
a) KH. Ahmad Rifai telah memproklamirkan madzhab Syafii, sementara pendapat pertama adalah pendapat Imam Syafi'i.
b) Redaksi definisi KH. Ahmad Rifai sama dengan kitab Tuhfatul Murid syarah Jauhar Tauhid, karya Ibrahim al-Bajuri, sedang beliau sependapat dengan Ibnu Hajar al-Haitami dan al-Haitami sependapat dengan Syafii (sebagaimana dalam kitab beliau, Fathul Mubin).
(2) KH. Ahmad Rifai berpendapat kedua dengan alasan:
a) beliau cenderung menyifati bid'ah dengan dhalalah
b) Tidak ada penyebutan bid'ah hasanah dalam kitab-kitab beliau.
Mabruuk gus....tulisan cerdas dan berkualitas,tapi coba antum kerucutkan kesimpulan antum gus...jgn ambigu hehe
Posting Komentar